Kamis, 05 Mei 2011

Autoimunitas



AUTOIMUNITAS
Autoimunitas adalah kegagalan suatu organisme untuk mengenali bagian dari dirinya sendiri sebagai bagian dari dirinya, yang membuat respon kekebalan melawan sel dan jaringan miliknya sendiri. Beberapa penyakit yang dihasilkan dari kelainan respon kekebalan ini dinamakan penyakit autoimun. Kesalahan yang menyebabkan sistem kekebalan melawan suatu individu yang seharusnya dilindunginya bukanlah hal yang baru. Paul Ehrlich pada awal abad ke 20 mengajukan konsep horror autotoxicus, di mana jaringan suatu organisme dimakan oleh sistem kekebalannya sendiri. Semua respon autoimun dulunya dipercaya sebagai hal yang abnormal dan dikaitkan dengan suatu kelainan. Namun saat ini diketahui bahwa respon autoimun adalah bagian terpisah dari sistem kekebalan vertebrata, umumnya untuk mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan oleh toleransi imunologikal terhadap antigen milik sendiri. Autoimunitas berbeda dengan aloimunitas.
Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh seharusnya melindungi tubuh dari zat berbahaya dari virus, bakteri, racun, dan lainnya. Tapi bila sistem imun mengalami gangguan, justru akan menyerang dan menghancurkan jaringan tubuh yang sehat. Gangguan ini disebut gangguan atau penyakit autoimun. Gangguan autoimun adalah suatu kondisi yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang dan menghancurkan jaringan sehat.
Normalnya, pasukan sistem kekebalan tubuh sel darah putih membantu melindungi tubuh terhadap zat berbahaya, yang disebut antigen. Contoh antigen termasuk bakteri, virus, racun, sel-sel kanker dan darah atau jaringan dari orang atau spesies lain. Sistem imun dapat membedakan antigen tubuh sendiri dari antigen asing, karena tubuh mempunyai toleransi terhadap self antigen. tetapi pengalaman klinis menunjukkan bahwa adakalanya timbul reaksi autoimunitas. Sistem kekebalan tubuh akan membuat antibodi yang menghancurkan zat-zat berbahaya. Tapi pada pasien dengan gangguan autoimun, sistem kekebalan tidak bisa membedakan antara jaringan tubuh yang sehat dan antigen. Hasilnya adalah resposn imun yang merusak jaringan tubuh normal. Ini adalah reaksi hipersensitivitas mirip dengan respon di alergi.
Pada alergi, sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap zat eksternal yang biasanya akan diabaikan. Tapi pada gangguan autoimun, sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap jaringan tubuh normal. Yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh tidak bisa membedakan antara jaringan normal dan antigen tidak diketahui.
Sel autoreaktif adalah limfosit yang mempunyai reseptor untik autoantigen. Bila sel tersebut memberikan respons autoimun, disebut sel limfosit reaktif (SLR). Pada orang normal , meskipun SLR berpasangan dengan autoantigen, tidak selalu terjadi respon autoimun, karena ada system yang mengontrol reaksi autoimun.
Kadang-kadang tidak jelas apakah autoantibody tersebut merupakan penyebab atau timbul sekunder akibat suatu penyakit. Oleh karena itu harus dibedakan antara fenomena autoimun dengan penyakit autoimu. Reaksi autoantibody dan autoantigen yang menimbulkan kerusakan jaringan dan gejala-gejala klinis disebut penyakit autoimun, sedangkan bila tidak disertai gejala klinis disebut fenomena autoimun.
Burnett mengajukan teori forbidden clones, yang menyatakan bahwa tubuh menjadi toleran terhadap jaringannya sendiri oleh karena sel-sel yang autoreaktif selama perkembangan embriologiknya akan musnah.
A.       Teori-Teori Autoimunitas
1.        Teori sequestered antigen atau hidden antigen
Sequestered aatau hidden antigen adalah antigen yang karena sawar anatomic tek pernah berhubungan dengna system imu n misalnya antigen sperma, lensa mata, dan saraf pusat.
Bila sawar tersebut rusak, dapat timbul penyakit autoimmun.
2.        Teori defesiensi immun
Hilangnya self tolerance mungkin disebabkan oleh karena adanya gangguan system limfoid.
Penyakit autoimmune sering ditemukan bersamaan dengan defesiensi imun, misalnya pada lanjut usia.
3.        Determinan antigen baru
Pembentukan autoantibody dapat dicetuskan oleh karena timbul deterrminan antigen baru pada protein normal.
Contoh autoantibody yang timbul akibat hal tersebut ialah factor rematoid (FR). FR dibentuk terhadap determinan antigen yang terdapat pada immunoglobulin.
4.        Reaksi silang dengan mikroorganisme
Kerusakan jantung pada demam reumatik anak diduga terjadi kaibat produksi antigen terhadap streptokok A yang bereaksi silang dengan miokard penderita.
5.        Virus sebagai pencetus autoimunitas
Virus yang terutama mengginfeksi system limfoid dapat tmempengaruhi mekanisme kontrol imunologik sehingga terjadi autoimunitas.
6.        Autoantibodi dibentuk sekunder akibat kerusakan jaringan
Autoantibodi terhadap jantung ditemukan pada jantung infark. Pada umumnya kadar autoantibody disini terlalu rendah untuk dapat menimbulkan penyakit autoimmun. Autoantibody dapat dibentuk pula terhadap antigen mitokondria pada kerusakan hati atau jantung. Pada tuberculosis dan tripanosomiasis yang menimbulkan kerusakan luas pada berbagai jaringan, dapat pula ditemukan autoantibody terhadap antigen jaringan dalam kadar gula yang rendah.
Satu teori menyebutkan bahwa beberapa mikro-organisme (termasuk bakteri) dan obat-obatan dapat memicu beberapa perubahan, terutama pada orang yang memiliki gen yang membuat mereka lebih rentan terhadap gangguan autoimun. Seperti dilansir dari NLM, gangguan autoimun dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:
  1. Perusakan satu atau lebih jenis jaringan tubuh
  2. Pertumbuhan organ abnormal
  3. Perubahan fungsi organ
Gangguan autoimun dapat mempengaruhi satu atau lebih organ atau jaringan. Organ dan jaringan yang umumnya terkena oleh gangguan autoimun adalah sel darah merah, pembuluh darah, jaringan ikat, kelenjar endokrin seperti tiroid atau pankreas, otot, sendi, dan kulit. Seseorang bisa memiliki lebih dari satu gangguan autoimun pada saat yang sama. Ada lebih 80 jenis penyakit akibat gangguan autoimun.
B.      Pembagian Penyakit Autoimun

1.      Penyakit Autoimun Organ Spesifik
Contoh alat tubuh yang menjadi asaran penyakitautoimun adalah:
*        kelenjar tiroid,
*        kelenjar adrenal,
*        lambung, dan
*        pancreas.
2.      Penyakit Autoimun Non Organ Spesifik 
Penyakit autoimun yang non organ spesifik terjadikarena dibentuknya antibody terhadapautoantigen yang tersebar luas didalam tubuh,misalnya DNA. Sering dibentuk kompleks imun yang dapat diendapkan pada dinding pembuluhdarah, kulit, sendi, dan ginjal, sertamenimbulkan kerusakan pada alat tersebut.
Berikut beberapa contoh penyakit karena serangan sistem imun tubuh sendiri:
©      Hashimoto tiroiditis (gangguan kelenjar tiroid)
©      Pernicious anemia (penurunan sel darah merah yang terjadi ketika tubuh tidak dapat dengan baik menyerap vitamin B12 dari saluran pencernaan)
©      Penyakit Addison (penyakit yang terjadi ketika kelenjar adrenal tidak memproduksi cukup hormon)
©      Diabetes tipe I
©      Rheumatoid arthritis (radang sendi)
©      Systemic lupus erythematosus (SLE atau gangguan autoimun kronis, yang mempengaruhi kulit, sendi, ginjal dan organ lainnya)
©      Dermatomyositis (penyakit otot yang dicirikan dengan radang dan ruam kulit)
©      Sjorgen sindrom (kelainan autoimun dimana kelenjar yang memproduksi air mata
©      Multiple sclerosis (gangguan autoimun yang mempengaruhi otak dan sistem saraf pusat tulang belakang)
©      Myasthenia gravis (gangguan neuromuskuler yang melibatkan otot dan saraf)
©      Reactive arthritis (peradangan sendi, saluran kencing dan mata)
©      Penyakit Grave (gangguan autoimun yang mengarah ke kelenjar tiroid hiperaktif)

Kriteria Autoimun :         
*   Penyakit timbul akibat adanya respons autoimun
*   Ditemukan antibody
*   Penyakit dapat ditimbulkan oleh bahan yang diduga merupakan antigen
*   Penyakit dapat dipindahkan darisatu binatang ke binatang lain melalui serum atau sel limfosityang hidup
*   Autoantibodi atau sel T autoreaktif dengan spesifitas untuk organ yang terkena ditemukan pada penyakit
*   Autoantibodi dan atau sel T ditemukan dijaringan dengan cedera
*   Ambang autoantibodi atau respon sel T menggambarkan aktifitas penyakit
*   Penurunan respons autoimun memberikan perbaikan penyakit
*   Transfer antibodi atau sel T ke pejamu sekunder menimbulkan penyakit autoimun pada resipien
*   Imunisasi dengan autoantigen dan kemudian induksi respons autoimun menimbulkan penyakit


C.      Gejala Klinis
Terdapat berbagai gejala klinis pada kulit akibat penyakit autoimun, diantaranya penyakit kulit, termasuk rasa gatal dan menggaruk yang menetap, lesi, luka, lepuh, dan kerusakan kulit lainnya serta kehilangan pigmen kulit. Terdapat dua kasus penyakit autoimun yang sering ditemukan yaitu Discoid lupus erythematosus (DLE) dan Pemphigus. Discoid lupus erythematosus dapat berkembang menjadi Systemic Lupus Erythematosus (SLE).
Tahap awal DLE ditandai kehilangan pigmen kulit, kulit menjadi merah, dan luka pada hidung. Palatum-nasale yang seharusnya kasar menjadi halus, selain itu dapat terjadi erosi, ulserasi, dan luka pada palatum nasale, nostril, cuping hidung, sekitar mata dan telinga. Bekas-bekas luka dapat ditemukan pada kasus kronis dan parah.

Lesi Pemphigus vulgaris biasanya sangat jelas ditemukan pada rongga mulut. Kadangkala gejala ditandai dengan limpadenopati, tidak mau makan, kelemahan, demam dan sepsis. Pemphigus foliaceus biasanya menyerang telinga dan wajah. Gejala awal ditandai dengan depigmentasi pada palatum nasale, celah pada dorsal mulut, periokular dan telinga, gatal, rasa sakit dan kelemahan tubuh dapat ditemukan pada kasus-kasus tertentu.