BAB I
PENDAHULUAN
Bagaimana
kalau kita atau orang yang kita sayangi didiagnosis mengidap penyakit
hepatitis? Tentu kita akan berusaha sekuat tenaga untuk mencari solusi
pengobatannya. Saat ini banyak kita jumpai obat-obatan yang di jual untuk
pengobatan penyakit hepatitis ini. Namun apakah obat-obatan tersebut aman untuk
dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang dan tidak menimbulkan dan
memicu penyakit yang baru?
Hati adalah salah satu organ yang paling penting. Organ ini
berperan sebagai gudang untuk menimbun gula, lemak, vitamin dan gizi. Memerangi
racun dalam tubuh seperti alkohol, menyaring produk-produk yang tidak berguna
lagi dari darah dan bertindak sebagai semacam pengaruh bagian tubuh yang
menjamin terjadinya keseimbangan zat-zat kimia dalam sistem itu.
Salah satu penyakit yang menyerang hati adalah penyakit
hapatitis. Istilah ”Hepatitis” dipakai untuk semua jenis peradangan hati
(liver) disebabkan mulai dari virus atau obat-obatan. Virus yang menyebabkan
penyakit ini berada dalam cairan tubuh manusia yang sewaktu-waktu bisa ditularkan
keorang lain. Beberapa jenis virus hepatitis yang diketahui diantaranya adalah
: Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C, Hepatitis D, Hepatitis F, Hepatitis G
dan TT (namun masih dalam tahap penelitian lebih lanjut). Manifestasi penyakit
hepatitis akibat virus bisa akut (Hepatitis A), bisa kronik (Hepatitis B & Hepatitis C) dan bisa juga kemungkinan
menjadi kanker hati (Hepatitis B). Perbedaan antara virus hepatitis ini terletak
pada kronisitas infeksi dan kerusakan jangka panjang yang ditimbulkan.
Telah ditemukan 5 kategori
virus yang menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatitis A (HAV),
Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HVC), Virus
Hepatitis D (HDV), Virus Hepatitis E (HEV).
Walaupun kelima agen ini
dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya, tetapi kesemuanya
memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi dari keadaan sub klinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang
total.
Untuk
semua peradangan jaringan atau sel hati, saat awal, sebenarnya gejala-gejala
yang muncul itu sama, yaitu merasa lemas atau cepat lelah, ditambah gangguan
faal hati terkait disertai munculnya warna kuning pada membran / selaput
permukaan organ sampai dengan selaput kulit. Gejala yang muncul bisa makin
parah dan menjadi-jadi, bersamaan dengan perkembangan stadium yang diderita.
Sedikit tentang cara penularan, perbedaan patogenesis virus dan pertahanan
tubuh lokal (sel hati) dan sistemik (sistem tubuh yang lain) yang berperan pada
tahapan lebih lanjut untuk penyakit hepatitis.
Untuk mendeteksi adanya penyakit hepatitis perlu dilakukan
serangkaian tes fungsi hati dan sifatnya enzimatik (menguji kadar enzim), yaitu
:
1.
Enzim yang berkaitan dengan kerusakan hati antara lain
SGOT, SGPT, GLDH, LDH.
2.
Enzim yang berhubungan dengan adanya penanda adanya sumbatan
pada kantung empedu, yaitu gamma GT dan alkali phosfatase.
3.
Enzim yang berhubungan dengan kapasitas sintesis hati,
yaitu kolinesterase.
Pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan serologi
(sel), yaitu : HbsAg, HbeAg, anti Hbe dan anti HBv DNA.
Jika
serangkaian tes menandakan adanya gangguan hati dan diagnosa menunjukan adanya
hepatitis.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENYAKIT HEPATITIS
Penyakit
Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang
menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia.
Hepatitis diketegorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepatitis A, B, C,
D, E, F dan G. Di Indonesia penderita penyakit Hepatitis umumnya cenderung
lebih banyak mengalami golongan hepatitis B dan hepatitis C.
Pada awal gejala penyakit hepatitis, mungkin si penderita
tidak merasakan sesuatu, paling hanya gejala umum seperti muntah, mual, gemar
tidur atau tidak nafsu makan plus tubuh tidak berstamina.
Walau begitu gejala hepatitis diatas juga dapat disertai
dengan demam. Sedangkan gejala penyakit hepatitis yang mudah dilihat dari fisik
adalah urine berwarna gelap, perut bagian atas membesar, penurunan berat badan,
feses berwarna putih dan seperti gejala hepatitis yang sudah bintang sebutkan
diatas : kuku berwarna kuning, kulit berwarna kuning, dan putih mata menjadi
kuning.
A.
Penyakit Hepatitis A
Hepatitis
A adalah jenis peradangan hati yang disebabakan oleh suatu virus RNA dari
famili enterovirus. Hepatitis A adalah golongan penyakit
Hepatitis yang ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian, Virus hepatitis A
(VHA=Virus Hepatitis A) penyebarannya melalui kotoran/tinja penderita yang
penularannya melalui makanan dan minuman yang terkomtaminasi, bukan melalui
aktivitas sexual atau melalui darah. Sebagai contoh, ikan atau kerang yang
berasal dari kawasan air yang dicemari oleh kotoran manusia penderita.
Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6 minggu
sejak penularan terjadi, barulah kemudian penderita menunjukkan beberapa tanda
dan gejala terserang penyakit Hepatitis A.
1. Gejala Hepatitis A
Pada minggu pertama, individu yang dijangkiti akan mengalami
sakit seperti kuning, keletihan, demam, hilang selera makan, muntah-muntah,
pusing dan kencing yang berwarna hitam pekat. Demam yang terjadi adalah demam
yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah,
tbc, thypus, dll.
2. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis A
Penderita yang menunjukkan gejala hepatitis A seperti minggu
pertama munculnya yang disebut penyakit kuning, letih dan sebagainya diatas,
diharapkan untuk tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas
pelayan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul
seperti paracetamol sebagai penurun demam
dan pusing, vitamin untuk meningkatkan
daya tahan tubuh dan nafsu makan serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual
dan muntah.
Sedangkah langkah-langkah yang dapat diambil sebagai usaha
pencegahan adalah dengan mencuci tangan dengan teliti, dan suntikan imunisasi
dianjurkan bagi seseorang yang berada disekitar penderita.
B. Penyakit Hepatitis B
Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong
berbahaya didunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang
menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Seperti hal
Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi
kanker hati. Proses penularan Hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan tubuh
atau kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B.
Banyak
orang dengan hepatitis B akut memiliki gejala sedikit atau
tidak ada sama sekali. Jika gejala hepatitis tipe B muncul, mereka
cenderung terjadi 6 minggu sampai 6 bulan (paling sering 3 bulan) setelah
paparan dan akan terlihat seperti sakit ringan semisal flu, demam ringan, mual,
muntah, kehilangan nafsu makan, kelelahan, atau otot atau nyeri sendi. Beberapa
pasien memiliki tanda khas yaitu urin gelap dan penyakit kuning (jaundice), ini
adalah patokan yang biasanya gejala hepatitis yang akan dicari oleh dokter jika
mencurigai hepatitis B.
Adapun beberapa hal yang menjadi pola penularan antara lain
penularan dari ibu ke bayi saat melahirkan, hubungan seksual, transfusi darah,
jarum suntik, maupun penggunaan alat kebersihan diri (sikat gigi, handuk)
secara bersama-sama. Hepatitis B dapat menyerang siapa saja, akan tetapi
umumnya bagi mereka yang berusia produktif akan lebih beresiko terkena penyakit
ini.
1. Gejala Hepatitis B
Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang
akut adalah demam, sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang
putih/sklera). Namun bagi penderita hepatitis B kronik akan cenderung tidak
tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan kepada orang lain menjadi lebih
beresiko.
2. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis B
Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang
ditegakkan maka akan dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan
sebagai Hepatitis B, maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu
pengobatan telan (oral) dan secara injeksi.
a. Pengobatan oral yang
terkenal adalah ;
- Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal dengan nama 3TC.
Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak, Pemakaian obat ini cenderung
meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor
bersinambungan dari dokter.
- Pemberian obat Adefovir
dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral
akan lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh
buruk terhadap fungsi ginjal.
- Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita Hepatitis B kronik, efek
samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan
terjadi peningkatan enzyme hati. Tingkat keoptimalan dan kestabilan pemberian
obat ini belum dikatakan stabil.
b. Pengobatan dengan
injeksi/suntikan adalah ;
Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel radioaktif pemancar sinar ß yang akan
menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya.
Injeksi Alfa Interferon (dengan nama
cabang INTRON A, INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala
pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping
pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang memilki riwayat
depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat
letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan
pemberian paracetamol.
Langkah-langkah pencegahan agar terhindar dari penyakit
Hepatitis B adalah pemberian vaksin terutama pada orang-orang yang beresiko
tinggi terkena virus ini, seperti mereka yang berprilaku sex kurang baik
(ganti-ganti pasangan/homosexual), pekerja kesehatan (perawat dan dokter) dan
mereka yang berada didaerah rentan banyak kasus Hepatitis B.
C. Penyakit Hepatitis C
Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh
virus Hepatitis C (VHC). VHC menginfeksi hati menggunakan mesin geneti
dalam sel untuk menduplikasi virus hepatitis C yang akan menginfeksi sel-sel
lainnya sehingga menyebabkan radang dan kerusakan hati, kanker hati bahkan
kematian dikarenakan sampai saat ini tidak adanya vaksin hepatitis C. Infeksi
hepatitis C disebut juga sebagai infeksi terselubung. Hal ini karena infeksi
dini VHC bisa jadi tidak bergejala atau bergejala ringan atau tidak khas. Proses penularannya melalui kontak darah {transfusi, jarum
suntik (terkontaminasi), serangga yang menggigit penderita lalu mengigit orang
lain disekitarnya}. Penderita Hepatitis C kadang tidak menampakkan gejala yang
jelas, akan tetapi pada penderita Hepatitis C kronik menyebabkan
kerusakan/kematian sel-sel hati dan terdeteksi sebagai kanker (cancer) hati.
Sejumlah 85% dari kasus, infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan
merusak hati bertahun-tahun. Hepatitis C kronis dapat terinfeksi selama
10 – 30 tahun, dan sirosis atau gagal hati kadang-kadang dapat berkembang
sebelum pasien mengalami gejala yang jelas. Tanda-tanda kerusakan hati pertama
mungkin terdeteksi ketika tes darah untuk fungsi hati dilakukan.
1. Gejala Hepatitis C
Penderita Hepatitis C sering kali orang yang menderita Hepatitis
C tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun
lamanya. Namun beberapa gejala yang samar diantaranya adalah ; Lelah, Hilang
selera makan, Sakit perut, Urin menjadi gelap dan Kulit atau mata menjadi
kuning yang disebut "jaundice" (jarang terjadi). Pada beberapa kasus dapat
ditemukan peningkatan enzyme hati pada pemeriksaan urine, namun demikian pada
penderita Hepatitis C justru terkadang enzyme hati fluktuasi bahkan normal.
Jika
gejala awal yang terjadi, mereka cenderung sangat ringan dan menyerupai flu
dengan kelelahan, mual, kehilangan nafsu makan, demam, sakit kepala, dan sakit
perut. Orang yang memiliki gejala-gejala biasanya cenderung mengalami mereka
sekitar 6 – 7 minggu setelah terpapar virus. Beberapa orang mungkin tidak
mengalami gejala hepatitis selama sampai 6 bulan setelah terkena. Orang yang
memiliki hepatitis C masih bisa menularkan virus tersebut kepada orang lain.
2. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis C
Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat
seperti Interferon alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin. Adapun
tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah menghilangkan virus dari tubuh anda
sedini mungkin untuk mencegah perkembangan yang memburuk dan stadium akhir
penyakit hati. Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan waktu yang cukup
lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong, untuk itu
perlu penanganan pada stadium awalnya.
D. Penyakit Hepatitis D
Hepatitis D adalah hepatitis D yang disebabkan oleh virus
hepatitis D (VHD) atau virus delta, virus ini adalah virus yang unik, yang
tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitits D.
Penularan melalui hubungn seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala
hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi)
atau amat progresif.
E . Penyakit Hepatitis E
Gejala hepatitis ini mirip dengan hepatitis A, demam, pegel
linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut. Penyakit ini akan sembuh
dengan sendirinya (self-limited), kecuali bila terjadi pada kehamilan.
Penularannya melalui kontaminasi feses.
F . Penyakit Hepatitis F
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar
belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
G . Penyakit Hepatitis G
Gejalanya serupa denga penyakit hepatitis C, sering kali
infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan / C. Tidak menyebabkan hepatitis
fulminan ataupun kronik. Penularannya melalui transfusi darah jarum suntik.
2.
TINDAK PENCEGAHAN
A. Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala yang dikeluhkan dan
pemeriksaan laboratorium khususnya pemeriksaan immunologi mencakup pemeriksaan
HbsAg, HbeAg, Anti-Hbe, HbcAg, dan VHB-DNA. Pemeriksaan laboratoriun ini dapat
dilakukan dengan 2 metode yaitu metode STRIP dan ELISA. Yang akan dibahas
disini adalah pemeriksaan Hepatitis metode strip.
Tahap
pertama tes strip HBsAg adalah suatu rapid test yang secara visual mendeteksi
antigen dalam serum, dan membantu dalam mendiagnosa penyakit infeksi hepatitis
b. hasil test dapat dibaca secara visual tanpa bantuan alat instrument lain.
B. Pencegahan
Menjaga
kebersihan perorangan seperti mencuci tangan dengan teliti; orang yang dekat
dengan penderita mungkin memerlukan terapi imunoglobulin. Imunisasi hepatitis A
bisa dilakukan dalam bentuk sendiri (Havrix) atau bentuk kombinasi dengan
vaksin hepatitis B (Twinrix). Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu
vaksinasi dasar dan booster yang dilakukan 6-12 bulan kemudian, sementara
imunisasi hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu bulan dan 6 bulan
kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi orang yang potensial terinfeksi
seperti penghuni asrama dan mereka yang sering jajan di luar rumah.
Untuk mengurangi keterpaparan infeksi hepatitis dapat
dilakukan usaha-usaha pengobatan sebagai berikut :
·
Memeriksakan diri ke dokter
·
Pemberian obat secara rutin
·
Pemberian vaksin
·
Menjalankan pola hidup sehat
·
Hindari aktifitas berat
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak
hanya di Amerika tetapi
juga diseluruh Dunia. Penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara semua penyakit menular yang
dapat dilaporkan di Amerika Serikat (hanya dibawah penyakit kelamin dan cacar air dan merupakan penyakit epidemi
di kebanyakan
negara-negara dunia ketiga. Sekitar 60.000 kasus telah dilaporkan ke Center for Disease Control di Amerika
Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang sebenarnya dari penyakit ini diduga beberapa kali lebih banyak.
Walaupun mortalitas akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit
ini sering dikaitkan dengan angka morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar.
Penyakit
hepatitis ini merupakan penyakit yang dapat menular melalui air liur, kontak
seksual, transfusi darah, jarum suntik dan alat-alat yang terkontaminasi oleh
virus hepatitis. Penyakit ini dapat terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium
khususnya pemeriksaan immunologi mencakup pemeriksaan HbsAg, HbeAg, Anti-Hbe,
HbcAg, HBv-DNA.
- SARAN
Dalam hal ini yang perlu kita lakukan untuk mencegah penyakit
ini sebaiknya masyarakat lebih menjaga diri dari keterpaparan penyakit ini dan
lebih dini untuk memeriksakan diri ke dokter.
Saat ini telah banyak jenis pengobatan
yang diberikan pada pasien penyakit hepatitis.
Pengobatan yang diberikan
dapat berupa tindakan medis (kedokteran) maupun non medis. Tindakan non medis
antara lain adalah akupunktur, akupresure, reflesiologi, pengobatan herbal, dan
lain-lain. Tindakan non medis ini dapat diberikan sebagai tindakan komplementer
dari tindakan medis ataupun alternatif.
Terapi secara medis dapat berupa terapi
suportif, simtomatis dan kausatif. Terapi suportif adalah terapi yang membantu
agar fungsi-fungsi penting tubuh tetap bekerja dengan baik. Terapi simtomatis
diberikan pada pasien untuk meringankan gejala penyakit. Sedangkan terapi
kausatif berguna untuk menghilangkan penyebab dari penyakit hepatitis itu sendiri, biasanya berupa
antivirus pada kasus penyakit hepatitis
yang disebabkan oleh virus.
DAFTAR PUSTAKA
- Kapita selekta kedokteran edisi III, media aesculapius, Jakarta, 2000
- Ali Sulaiman, dkk. Gastroenterologi Hepatologi. CV. Infomedika, Jakarta, 1990.
- http://id.wikipedia.org/wiki/Hepatitis_A
- http://turunberatbadan.com/801/gejala-hepatitis/
- http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-hepatitis.html
- http://www.scribd.com/doc/15786032/Askep-Klien-dengan-Hepatitis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar